ber-WIRID TANPA GURU/MURSYID ?!
Membaca/mangamalkan wirid dengan niat ibadah tentu baik atau tidak tercela. Tapi afdhal-nya kita harus berjalan dalam aturan petunjuk yang baik berdasarkan pelajaran yang diterima.
Pelajaran itu, tentu diterima dari guru sesuai petunjuknya. Sebagaimana obat diterima sesuai petunjuk/resep dokter.
Karena sesuatu yang tidak tepat dari yang sebenarnya, sama artinya membeli obat tanpa resep. Kita tahu khasiat obat-obatan tapi tidak mengetahui seberapa besar dosisnya.
Buku ibarat obat. Wirid yang dibaca sendiri melalui buku tetap baik, namun tanpa tuntunan guru bagai obat diramu sendiri, tanpa resep dokter bisa jadi bahaya.
Wirid yang diamalkan melalui bacaan buku semata baru pada tataran teori, belum pada praktik wirid. Buku tidak mampu menceritakan khasiat obat/wirid tersebut. Tapi seorang dokter/guru mampu untuk itu.
Dokter pun beri resep tentang obat-obatan 3x1 misalnya. Guru/mursyid pun demikian memberi tuntunan wirid sekian kali dibaca wirid tersebut lengkap dengan tatacaranya agar benar-benar berkhasiat.
ed dialog fb
by mahmud suyuti
doa dan kado ultah
Jumat, 26 Januari 2018
Jumat, 12 Februari 2016
DOA DAN KADO ULTAH
Mahmud Suyuti
Dosen Hadis dan Sekjend Khalwatiyah Syekh Yusuf
al-Makassariy
Akhir-akhir
ini saya banyak mendapat undangan pesta ulang tahun (Ultah). Selasa/09/02 siang
hari sampai sore menghadiri Ultah surat kabar yang terkenal Spirit Baru
Makassar, Koran Karian Tribun Timur. Malam harinya saya menghadiri Ultah Sayyid
Ahsan Assegaf, anak guru saya Syekh Sayyid A Rahim Assegaf, Mursyid Khalwatiyah
Yusuf al-Makassariy.
Pesta
Ultah yang saya hadiri itu mendapat tanggapan dari beberapa kerabat, kolega dan
orang-orang tertentu yang saya tidak kenal melalui inbox FB, BB, WA dan SMS.
Sebagian besar mereka mengkritik dan menyalahkan, katanya bahwa Ultah bukan
sunnah, Ultah termasuk bid’ah, Ultah itu haram apalagi karena dalam acara
tersebut ada hidangan kue tumpeng yang menyalahi syar’i, ada acara tiup lilin
dan menyanyi.
Menanggapi
persoalan Ultah itu, saya menjawab bahwa menghadiri undangan wajib. Undangan walimah, undangan syukuran, termasuk
undangan undangan Ultah harus dihadiri dan tidak bisa ditolak atau ditunda
berdasarkan hadis Nabi saw dalam kitab Shahih Muslim, iza du’iya ahadukum
falyujib (jika di antara kalian diundang maka hendaklah ia menghadirinya).
Persoalan
mencicipi makanan semisal kue tumpeng pada acara Ultah juga dianjurkan sebagaimana
hadis lain dalam Shahih Muslim, iza du’iya ahudukum ila tha’amin falyujib
fain sya’a tha’ima (apabila di antara kalian diundang makan, maka hendaklah
hadir dan hendaklah makan jika dipersilahkan).
Mengenai tiup
lilin sembari menyanyi itu tradisi dan jika niatnya sebagai simbol kesyukuran
dan kegembiraaan, tentu tidak menyalahi syar’i karena merupakan syiar Islam.
Sama halnya saat memperingati maulid ada tradisi masyarakat menyiapkan penganan makanan yang variatif seperti telur yang dihiasi dan diwarnai. Saat
maulid, para hadirin bernyanyi dengan
syair Salawat Diba sebagai tanda pengungkapan rasa cinta, syukur dan gembira
atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Ultah
dengan maulid memiliki esensi yang sama. Ultah bagi seseorang menjadi momen
penting dalam rangka memperingati waktu atau hari lahirnya, hari spesial untuk
mengingatkan kelahirannya sebagaimana merayakan kelahiran Nabi Muhammad saw
yang lazimnya disebut maulid.
Nabi saw sangat mementingkan esensi kesejarahan sebuah kejadian, sehingga sejarah lahirnya
yang bertepatan pada hari senin, menyebabkannya untuk berpuasa setiap hari
senin itu. Sebagaimana halnya Nabi SAW menganjurkan umatnya untuk berpuasa tiap
10 bulan Muharram (hari asyura) untuk memeringati hari kemenangan Nabi
Musa as atas Raja Fir’aun.
Maulid bagi Nabi SAW atau selainnya seperti milad untuk memperingati kelahiran sebuah ormas Islam, yakni Milad Nahdlatul Ulama (NU) setiap
tanggal 31 Januari atau milad Muhammadiyah setiap 18 Nopember, nuangsanya
sama dengan Ultah atau istilah yang serupa antara lain happy birthday (HBD), dies natalis di lingkungan Perguruan Tinggi, Hari Amal Bakti (HAB) di lingkungan Kementerian Agama setiap tanggal 3 Januari, Hari Ulang Tahun Kemerdekaan
Republik Indonesia (HUT RI) setiap tanggal 17 Agustus.
Dengan demikian, Ultah bukan saja menjadi kewajiban sekaligus tradisi bagi
kalangan anak kecil yang harus diperingati hari lahirnya dalam hitungan
mingguan yang dikemas dengan acara aqikah, tetapi Ultah sudah menjadi kegiatan
rutinan bagi kalangan remaja dan orang dewasa bahkan ormas Islam terbesarpun
mengadakan Ultah yang dikemas dengan acara milad. Tidak ketinggalan bangsa ini,
Republik Indonesia mengadakan Ultahnya yang dikemas dalam acara 17 Agustusan
setiap tahunnya.
Demi kekhusyu’an Ultah dan tetap dalam nuangsa syiar keagamaan, maka
penting bagi yang merayakannya untuk mengundang keluarga dan kerabat dalam
rangka memperkuat silaturahim. Nilai tambah yang diperoleh adalah saling
menukar kado, bingkisan hadiah, dan cendera mata sebagai simbol penguatan silaturahim
dan saling mendoakan yang bukan saja sebagai syiar tetapi doa merupakan ibadah
sehingga bagi yang melaksanakan mendapatkan pahala.
Lafaz doa dan zikir keselamatan untuk Ultah
bersumber dari Al-Qur’an, QS. Maryam/19: 33, Wassalamu alayya yauma wulidtu
yauma amutu wayauma ub’atsu hayya (dan keselamatan semoga dilimpahkan
kepadaku pada hari kelahiranku ini, haru wafatku dan pada hari aku dibangkitkan
hidup kembali).
Doa lain yang sering dibaca saat Ultah adalah
Allahumma inna nas’aluna thawwil umurana wasallimna fi dininina wa’atini
afiatan fil jasadi waziyadatan firrizqi wa taubatan qablan maut wa rahmatan
‘indal mawti magfiratan ba’dal mauti (Ya Allah kami senantiasa memohon
kepadaMu agar Engkau panjangkan umur kami, berilah kami keselamatan dalam agama,
kesejahteraan/kesehatan tubuh kami, tambahkanlan keberkahan rezki kami serta
taubat sebelum mati dan rahmat di waktu mati, maupuan keampuan sesudah mati).
Selain
doa dan zikir saat Ultah, diperlukan muhasabah (instropeksi diri) sebagai momen pengingat untuk melakukan refleksi
diri tentang perjalanan hidup tentang apa saja yang telah dilakukan, diraih,
apa yang belum, apa suka dan duka dalam mengarungi kehidupan ini.
Merayakan Ultah, terkandung pesan bahwa usia hidup
bertambah, tetapi pada saat yang sama kesempatan hidup berkurang mulai hitungan
detik, menit, jam, hari, bulan, hingga tahun. Bertambahnya usia juga mengandung
makna bahwa tanggung jawab terhadap hidup semakin besar. Karena itu, merayakan
Ultah sangat penting sebagai titik balik untuk menata ulang kehidupan dalam
meraih kesuksesan di masa mendatang, amiiin Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamit
Thariq
Langganan:
Postingan (Atom)